Silent Travel Bakal Tren di 2024, Wisatawan Ingin Cari Kedamaian dan Dekat dengan Alam
ihgma.com, Jakarta – Di tengah maraknya destinasi wisata yang mengalami overtourism atau pariwisata berlebihan, muncul tren silent travel di kalangan para pecinta perjalanan. Tren ini muncul karena banyak orang ingin menikmati keheningan untuk melepaskan diri dari hiruk pikuk kehidupan sehari-hari akibat kebisingan lalu lintas yang terus-menerus, teknologi yang tiada henti, atau kehidupan modern yang serba cepat.
Namun, keheningan di sini bukanlah ruangan sunyi, melainkan lingkungan alami, jauh dari kebisingan dan gangguan kehidupan perkotaan. Mereka yang menikmatinya ingin menyegarkan kembali kehidupan, terhubung kembali dengan diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka.
Dilansir Tempo dari Conde Nest Traveller, silent travel mencakup segalanya mulai dari retret senyap, kabin detoks digital, hingga tur berjalan kaki senyap. Silent travel membantu orang untuk terhubung kembali dengan alam, dengan prioritas sejati, dan dengan diri sendiri. Ini mewakili bentuk perjalanan yang lebih penuh perhatian, yang tidak membuat orang memerlukan liburan untuk memulihkan diri dari liburan itu sendiri.
Alasan munculnya tren silent travel
Salah satu alasan utama munculnya tren ini adalah meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dan kesejahteraan. Kesibukan sehari-hari sering kali membuat stres dan kecemasan, kondisi yang mulai umum di kalangan orang kota. Jadi, meluangkan waktu untuk mencari keheningan dan kesunyian diangggap menjadi penawar ampuh terhadap tekanan-tekanan ini, memungkinkan wisatawan untuk bersantai dan menemukan kedamaian batin.
Penelitian menunjukkan bahwa menghabiskan waktu dalam keheningan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, membantu orang merasa lebih nyaman dengan pikiran dan perasaan, mengelola stres dengan lebih baik, dan bahkan meningkatkan kreativitas.
Faktor lain yang mendorong tren ini adalah keinginan mendapatkan pengalaman perjalanan yang autentik dan bermakna. Ini bisa didapatkan dari hal-hal sederhana seperti menyaksikan matahari terbit di pegunungan yang tenang atau mendengarkan suara ombak di pantai. Pengalaman ini berdampak jangka panjang bagi wisatawan.
Teknologi juga berperan dalam maraknya silent travel. Kehadiran gawai dan Internet membuat hidup jadi lebih nyaman, namun ini juga dapat meningkatkan gangguan akibat notifikasi dan peringatan terus menerus. Ketika ingin lepas dari gangguan itu, orang memilih destinasi yang jauh dari Internet, gawai, dan lainnya.
Banyak tempat yang bisa didatangi penikmat silent travel, dari gunung hingga pulau. Wisatawan bisa mencoba retret meditasi senyap untuk pertama kalinya, detoksifikasi digital di kabin hutan, atau sekadar mengurangi waktu menggunakan headphone dan membuat hidup jadi lebih tenang.