Work From Bali dan Visa Second Home Dinilai Penyebab Kroditnya Bali
ihgma.com – Kemacetan kerap terjadi di Pulau Dewata belakangan ini. Selain harus mengurus wisatawan mancanegara (wisman) yang berulah, pemerintah juga harus memperhatikan wisatawan asing nakal yang bekerja atau berwirausaha di Bali.
Dengan adanya wisatawan asing bekerja di Bali dapat mengambil peluang pekerjaan masyarakat lokal. Fenomena yang terjadi saat ini dikaitkan dengan Bali tengah menjadi tempat mengungsi wisatawan berduit.
Ketua Pengusaha Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, saat diwawancarai mengatakan, kekroditan pariwisata seolah-olah terjadi saat ini, padahal secara kuatitatif kunjungan belum sebanyak sebelum pandemi.
“Angka kunjungan wisman pada 2023 lalu baru 5,2 juta orang. Sementara kunjungan sebelum pandemi (2019) yang mencapai 6,3 juta orang. Tapi kenapa seolah-olah kita sedang krodit, macet seolah ada persoalan melebihi sebelum Covid,” katanya, seperti dikutip dari Tribun Bali Selasa 23 Juli 2024.
Menurutnya, melihat fenomena ini tidak terlepas dari persoalan global atau eksternal yang terjadi saat ini. Seperti perang, beberapa negara yang mengalami ancaman terhadap ekonomi hingga faktor cuaca di beberapa negara.
Terutama perang yang Tengah terjadi dikatakannya, tidak hanya memberi ancaman terhadap nyawa namun juga perekonomian anggota masyarakat di negara tersebut.
“Dengan itu dia (wisman) mencari negara alternatif untuk bisa mengisi mata rantai mereka,” imbuhnya.
Bali dengan tempat yang nyaman dan infrastruktur memadai, internet menjangkau semua pelosok hingga penerbangan yang ramai menjadi pilihan. Hal tersebut membuat wisman berbondong-bondong membawa uangnya ke Bali.
“Mungkin pada awalnya mereka hanya sekedar seperti dalam tanda kutip pengungsi beruang. Pada akhirnya mereka mendapat tempat yang nyaman,” paparnya.
Ditambah pula, pemerintah dan masyarakat Bali saat pandemi Covid-19 sangat rindu akan pariwisata, sehingga muncullah kebijakan yang memudahkan wisman ke Bali.
Seperti Work From Bali yang diikuti visa Second Home. Ini menurutnya menjadi pangkal atau penyebab terjadinya kondisi yang berbeda di Bali saat ini dibandingkan sebelum pandemi Covid-19.
“Saat Covid kan belum ada perang, jadi walaupun kita beri kemudahan belum ada yang mau datang ke Bali. Sekarang dengan fasilitas dan didorong kondisi di luar negeri seperti itu, berbondong-bondonglah mereka membawa modalnya ke Indonesia khususnya Bali. Mereka bawa uang bukan tidak bawa uang,” ujarnya.
Di sisi lain, Bali saat ini tengah menata peraturan perijinan yang berkaitan dengan industri pariwisata. Termasuk sistem perijinan melalui OSS yang menurutnya kurang cocok diberlakukan di Bali sehingga membuat Pembangunan tidak terkendali.
Kondisi saat ini pun diakuinya membuat Bali yang sebelumnya tenang, aman dan nyaman menjadi hilang. Banyak wisatawan yang berulah, dari melanggar lalu lintas, tidak mau membayar di tempat makan ataupun penginapan hingga yang membuka usaha yang berujung pada hilang peluang masyarakat lokal.
Hal ini menurutnya tentu harus ditegakkan kembali dengan menegaskan aturan yang ada dibantu dengan perangkat hukum.