Perusahaan Barang Mewah Pusing Gegara Turis China di Jepang, Ada Apa?
ihgma.com, Jakarta – Merek fashion mewah pusing menyusul pelemahan mata uang Yen beberapa waktu lalu.
Sejumlah turis dari berbagai negara tidak hanya melirik lokasi wisata di Jepang. Namun juga memilih berbelanja barang-barang mewah dari merek dunia yang dijual di negara tersebut.
Mereka memilih membeli langsung produk dari merek seperti Louis Vuitton hingga Dior, karena harganya jauh lebih murah dibandingkan negara asal mereka.
Misalnya tas tangan Alma BB Louis Vuitton dijual 14.800 yuan di China atau sama dengan US$2.050. Sementara di Jepang, tas itu senilai 279.400 yen atau US$1.875 bahkan sempat seharga US$1.725 saat yen berada dalam titik terlemah.
Salah satunya dilakukan Zhang Lei dari Hunan China. Dia menenteng dua tas belanja Louis Vuitton, satu dari Onitsuka Tiger, dan berencana membeli jam tangan dengan menyebut merek mewah Rolex.
“Harganya lebih murah,” ucapnya, dikutip CNBC Indonesia dari Reuters, Sabtu (3/8/2024).
Begitu juga grup barang mewah Swiss Richemont, pemilik Cartier, meningkat 60% penjualannya di Jepang pada kuartal pertama. Ini semua berkat wisatawan dari China, kawasan Asia Tenggara dan Amerika.
Tren ini mengejutkan raksasa rumah fashion. LVMH, pemilik merek Dior dan Fendi, mengakui tengah dalam masa peralihan bisnis.
“Kami benar-benar mengalami peralihan bisnis besar dari Asia ke Jepang,” kata Chief Financial Officer, Jean-Jacques Guiony.
Bisnis LVMH di China juga berdampak. Karena para pelanggan menunda berbelanja di sana, jadi memberi tekanan pada margin.
Volatilitas mata uang juga menyulitkan perusahaan. Karena mata yang bisa membatalkan pergerakan dengan cepat.