Wisatawan Pertama ke Korea Utara Berasal dari Rusia, Mau Liburan ke Resor Ski
ihgma.com, Jakarta – Turis Rusia menjadi wisatawan pertama yang mengunjungi Korea Utara sejak pandemi Covid-19 pada 2020. Negara di bawah rezim Kim Jong Un telah melakukan lockdown di sebagian besar negaranya sejak pandemi.
Sekelompok wisatawan Rusia dari wilayah Primorye pertama-tama akan melakukan perjalanan ke Pyongyang, ibu kota Korea Utara, menurut laporan dari media Rusia Tass. Mereka akan dijadwalkan tiba pada Februari 2024. Di sana mereka akan mengunjungi monumen seperti Tower of Juche Idea, yang namanya diambil dari filosofi panduan Korea Utara yaitu “juche” atau kemandirian.
Para turis akan melanjutkan perjalanan ke Masik Pass di pantai timur Korea Utara, tempat resor ski paling modern di negara itu.
“Di sini Anda akan menemukan lereng luar biasa dengan tingkat kesulitan berbeda yang akan memenuhi kebutuhan pemain ski berpengalaman dan pemula,” demikian bunyi iklan tersebut.
Kenapa turis pertama dari Rusia?
Keputusan untuk memilih warga negara Rusia sebagai kelompok wisatawan pertama merupakan bukti lebih lanjut dari meningkatnya kerja sama antara kedua negara. Kedua negara telah berkolaborasi dalam teknologi militer dan memperluas perdagangan dalam upaya memperkuat kekuatan regional bersama Cina.
Perjalanan tersebut dilaporkan merupakan proyek kesayangan Gubernur Primorye Oleg Kozhemyako dan rekan-rekannya dari Korea Utara.
Perjalanan ke Korea Utara diiklankan oleh agen tur Rusia Vostok Intur yang berbasis di Vladivostok pekan ini. Disebutkan bahwa perjalanan empat hari itu akan dimulai pada 9 Februari. Paket tersebut berharga $750 atau sekitar Rp11,7 juta per orang seperti dikutip dari Tempo.
Pariwisata dibatasi
Hingga saat ini, industri pariwisata yang sangat terbatas di Korea Utara hanya dipasarkan kepada warga Cina. Itu sebabnya, banyak yang mengira wisatawan pertama pascapandemi ke Korea Utara akan datang dari Tiongkok, sekutu diplomatik dan jalur ekonomi terbesar Korea Utara.
“Pengunjung dari Rusia kemungkinan besar tidak akan memberikan keuntungan finansial bagi Korea Utara seperti wisatawan dari Cina,” kata Prof. Leif-Eric Easley dari Universitas Ewha Korea Selatan. “Tetapi risiko politik dalam negeri relatif rendah dan memberikan simbolisme revitalisasi hubungan dengan Moskow sejalan dengan narasi geopolitik Pyongyang saat ini,” tambahnya.
Belum jelas kapan Korea Utara membuka pariwisatanya untuk negara-negara lain. Korea Utara, negara dengan infrastruktur kesehatan masyarakat yang buruk, kemungkinan besar masih waspada terhadap penyakit menular, kata para pengamat. “Bagi rezim Kim, wisatawan internasional memiliki risiko polusi ideologis sama besarnya dengan janji mereka atas keuntungan ekonomi,” tambah Easley.