ihgma.com, Jakarta – Ada perubahan perilaku di kalangan turis China yang selama ini dikenal sebagai konsumen barang mewah paling besar di dunia. Laporan Reuters menyebut bahwa banyak wisatawan China kaya raya yang berlibur ke Hong Kong sekarang lebih senang berfoto di lokasi turis yang estetik dan Instagrammable.
Para ahli berargumen bahwa fenomena ini didorong oleh sejumlah faktor, termasuk preferensi turis yang sudah berubah, meningkatnya transaksi online shopping, serta bertambahnya pusat belanja di mainland China sendiri.
“Fokus turis yang mengunjungi Hong Kong sudah bergeser dari ‘belanja sampai habis’ menjadi tur budaya lokal,” kata Rosanna Tang, executive director di Cushman & Wakefield.
Akibat perubahan ini, banyak peritel barang mewah di Hong Kong yang mulai terguncang bisnisnya, seperti yang sudah dialami department store mewah asa; Inggris Harvey Nichols. Pemiliknya Dickson Concepts mengatakan bahwa mereka tak sanggup lagi menyewa bangunan lima lantai di mal kelas atas Landmark di pusat kota setelah hampir dua dekade.
“Wisatawan China yang datang ke Hong Kong tidak lagi fokus berbelanja seperti sebelum pandemi,” kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip CNBC Indonesia dari Reuters, Senin (18/12/2023).
Sebelum Harvey Nichols, sejumlah merek mewah lain seperti Valentino, Burberry, Louis Vuitton menutup sejumlah toko mereka di Hong Kong, lantaran harga sewa yang paling mahal di Asia meski penjualan turun sekitar 40% sejak 2019.
Jumlah turis yang datang juga lebih sedikit. Jumlah kedatangan meningkat menjadi hanya 60% dari jumlah wisatawan pada 2018, sebelum adanya protes anti-pemerintah pada tahun 2019 dan peraturan yang ketat selama pandemi. Total penjualan ritel Hong Kong turun sekitar 20% dibandingkan tahun 2018.
Tak mau bergantung pada turis China yang berbelanja barang mewah, pemerintah Hong Kong mulai mengubah strategi dengan mendorong wisatawan menghabiskan uangnya untuk wisata alam.