Punya Aspek Keberlanjutan, Menparekraf Puji Java Jazz 2024
ihgma.com, Jakarta – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengapresiasi Java Jazz 2024 yang makin baik dalam keberlanjutan, sehingga berdampak kepada ekonomi hijau (green economy).
Menurutnya, penyelenggaraan Java Jazz 2024 selalu ada perbaikan dan menjadi salah satu acara yang didukung oleh Kemenparekraf.
“Keberlanjutan soal ekonomi hijau, selalu ada perbaikan di Java Jazz, salah satunya dalam mengelola limbah dengan baik dan kami memastikan tidak ada limbah yang tidak terkelola,” jelas Sandi seperti dikutip CNBC Indonesia pada Rabu (12/6/2024).
Selain itu, Sandi juga menyebut saat membahas ekonomi hijau juga berarti pelibatan UMKM, dan Sandi memastikan acara Java Jazz 2024 melibatkan banyak UMKM yang akan berdampak pada jenama-jenama kebanggaan Indonesia dan akan berpengaruh juga kepada ekonomi.
Bukan cuma itu, Sandi juga mengapresiasi masyarakat dan penonton acara Java Jazz. Menurutnya, green event tidak akan dapat diselenggarakan jika masyarakat tidak ikut berkontribusi.
“Kita lihat sampah berkurang, bisa dipilah, dan didaur ulang. Ini bisa jadi event pertama yang memiliki konsep sirkular ekonomi, semua berputar dan tidak ada yang tidak terkelola dengan baik,” ungkap Sandi.
Oleh karena itu, ke depan menurut Sandi, Indonesia akan meluncurkan Indonesia Quality Tourism Fund untuk meningkatkan daya saing, termasuk menciptakan venue-venue berskala internasional seperti JI-Expo dan juga GBK. Menurutnya, penting untuk membuat daya saing sekompetitif mungkin.
“Setelah itu, kita akan berkolaborasi bukan hanya dengan artis dari luar negeri, namun juga dalam negeri. Bukan hanya membuat event berkelas dari luar, namun menciptakan acara atau konser sendiri,” kata Sandi.
Sandi menjelaskan dari konser musik ini pertumbuhan tahun ini diperkirakan dua kali lipat dari pertumbuhan ekonomi nasional yakni pada kisaran 9,6%-10,1%. Adapun dari 3.000 lebih event yang diselenggarakan tahun ini, terdapat perputaran ekonomi mencapai US$ 10 miliar dolar atau setara Rp 160 triliun.
“Dengan perputaran ekonomi yang besar itu kami harap bisa membuka peluang usaha dan lapangan kerja yang lebih luas lagi,” pungkas Sandi.
Untuk diketahui, Java Jazz yang berlangsung pada 24-26 Mei juga dihadiri lebih dari 100.000 pengunjung, bukan hanya berasal dari dalam negeri, namun juga luar negeri seperti Malaysia, Filipina, Amerika Serikat hingga Polandia. Tidak heran, Java Jazz juga menjadi salah satu acara musik terbesar di Asia Tenggara karena acara di kawasan ASEAN biasanya hanya bisa meraup 80.000 pengunjung.