Pj Gubernur: Bandara Bali Utara Pasti Jadi! MTI Beberkan 4 Indikator Kapasitas Airport Penuh
ihgma.com – Penjabat (Pj) Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya mengaku sangat menantikan pembangunan Bandara Bali Utara. Ia menegaskan, cepat atau lambar proyek ini pasti jadi.
“Saya berharap jadi pasti jadi (Bandara Bali Utara). Itu kan diperlukan, jadi kebijakan pusat tinggal dimana pasnya. Kan tidak harus sekarang,” ujar Mahendra setelah Rapat Paripurna di DPRD Provinsi Bali, seperti dikutip dari Tribun Bali pada Senin (11/11).
Mahendra mengatakan, diperlukan kajian terkait pembangunan Bandara Bali Utara dan Pemerintah Pusat pun sudah melakukan kajian tersebut. “Perlu kajian dulu itu studinya pusat yang melakukan,” jelasnya.
Dalam kunjungan mendukung pasangan I Made Muliawan Arya alias De gadjah dan Putu Agus Suradnyana (Mulia-PAS) menang di Pilgub Bali, Presiden Prabowo Subianto berjanji akan merealisasikan pembangunan Bandara Bali Utara.
“Terkait Bandara Bali Utara, saya sudah sampaikan, bahwa saya berkomitmen, saya ingin membangun North Bali International Airport,” kata Prabowo yang disambut tepuk tangan para pendukungnya.
Selain itu, ia juga akan menjadikan Bali sebagai The New Singapore atau The New Hongkong. “Kita harus berani berpikir yang besar. Berpikir yang orang lain tidak mungkin, kita buktikan menjadi mungkin. Indonesia harus makmur, harus adil,” paparnya.
Sementara itu, Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Wilayah Bali, I Made Rai Ridartha membela Prabowo terkait pernyataan akan menjadikan Bali seperti Singapura Baru dan Hongkong Baru. Pernyataan Prabowo berbuntut gejolak di masyarakat. Banyak yang tak setuju.
Ridartha mengatakan, ide tersebut bukan berarti Bali akan dibuat menyerupai Singapura atau Hongkong, melainkan sistem operasional bandara yang rapi dan efisien seperti di bandara-bandara di dua negara tersebut.
“Dua hal yang perlu diperhatikan dalam pernyataan itu adalah pertama pembangunan Bandara Bali Utara dan kedua adalah New Singapura. Tentu kami bisa melihat secara kasat mata apakah Bali memang membutuhkan bandara baru selain Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Selatan?,” katanya.
“Bukan berarti Bali akan seperti Singapura atau Hongkong, tetapi diupayakan agar sistem layanan dan operasional bandara kita bisa mengikuti tata kelola di Singapura atau Hongkong, yang begitu rapi pengaturannya,” sambung dia.
Ridartha menjelaskan empat indikator yang dapat digunakan untuk menentukan bandara telah mencapai kapasitas penuh. Indikator pertama adalah waktu tunggu di dalam pesawat untuk take off yang menunjukkan kepadatan lalu lintas penerbangan.
“Jika kita sudah boarding dan menunggu waktu take off cukup lama, itu berarti ada antrian pesawat yang akan memasuki runaway,” jelasnya.
Indikator kedua situasi di dalam terminal. Jika terlihat ramai dan banyak penumpang yang kesulitan mendapatkan tempat duduk, hal ini juga menunjukkan tingginya kepadatan. “Di dalam terminal terlihat ramai dan sibuk bahkan banyak calon penumpang yang mungkin tidak dapat tempat duduk,” tambahnya.