Masing-masing KK Dapat Rp2 Juta, Dana bersumber dari Objek Wisata Monkey Forest

0

ihgma.com – Desa Adat Padangtegal, Ubud punya pendapatan besar dari objek wisata yang dikelola secara mandiri, yaitu Monkey Forest Ubud.

Objek wisata hutan dan monyet ini mengantongi pendapatan miliaran rupiah per bulan. Belum lagi, usaha-usaha milik desa adat lainnya yang menambah pundi-pundi kekayaan Desa Adat Padangtegal.

Jelang Hari Raya Galungan dan Kuningan, Desa Adat Padang Tegal memberikan dana hari raya sebesar Rp 2 juta dan beras 25 kilogram pada setiap krama atau kepala keluarga (KK).

Jumlah KK sebanyak 689 KK tersebar di empat banjar adat, yaitu Banjar Padangtegal Kaja, Padangtegal Mekarsari, Padangtegal Kelod, dan Padang Kencana.

Sekretaris Desa Adat Padangtegal,  I Wayan Astawa menjelaskan, pemberian dana hari raya dan beras tersebut merupakan bagian kecil dari program-program Desa Adat Padangtegal dalam mensejahterakan masyarakat, yang tertuang dalam visi dan misi awig-awig. Selama ini Desa Adat Padangtegal memiliki berbagai program, mulai dari kesehatan hingga pendidikan warga.

Dalam bidang kesehatan, Astawa mengatakan para masyarakat lanjut usia atau krama werda difasilitasi ruang berkomunikasi antar krama werda, jadwal olahraga senam, pengecekan kesehatan gratis, konsultasi, pemberian makanan sehat dan sebagainya.

“Krama werda yang sakit, yang berkebutuhan khusus atau tak bisa beraktivitas, kita ada ada homecare, setiap bulan sekali. Kami bantu cek kesehatan, kami berikan pampers untuk kebutuhan sebulan, susu sebulan. Tahun ini bangun klinik Pratama, dengan tujuan masyarakat dapat pelayanan kesehatan lebih bagus. Kita kerjasama dengan RS Bros Denpasar,” ujarnya, seperti dilansir Tribun Bali pada Kamis (19/9).

Tak hanya itu, Desa Adat Padangtegal juga benar-benar menggunakan pecalang untuk kepentingan krama. Yakni bukan hanya sebagai pengatur lalu lintas dan keamanan wilayah. Tetapi para pecalang di desa tersebut berjaga 24 jam penuh.

Ketika ada masyarakat sakit dan harus segera mendapat pertolongan medis, para pecalang inilah yang akan mengantar krama tersebut ke rumah sakit menggunakan mobil ambulans. “Pecalang siap 24 jam. Kalau ada krama sakit, mereka ambil ambulans, mereka yang antar,” ujarnya.

Dari segi pendidikan, desa adat memberikan beasiswa pada setiap warga setempat yang mengenyam bangku kuliah. Namun beasiswa tersebut akan terus dievaluasi. “Kalau mereka tak serius, dengan melihat nilai IPK yang buruk, maka beasiswanya disetop, kalau bagus dapat reward. Per hari ini ada 119 orang yang mendapatkan beasiswa kuliah,” ujar Astawa.

Program beasiswa kuliah ini pun telah berdampak positif pada generasi setempat. Dimana, karakter SDM setempat relatif lebih baik dari anak muda pada umumnya. Dalam hal pendidikan, Astawa mengatakan, saat ini pihaknya sedang mempersiapkan sekolah bertaraf internasional, mulai dari pendidikan PAUD, TK dan SD.

“Tahun depan kami buka PAUD, TK, SD unggul dengan kurikulum nasional plus. Saat ini sedang proses. Sudah kesepakatan parum agung. Saat ini sedang studi banding ke Sekolah Internasional Diatmika dan di Serangan, lahan sudah disiapkan. Lahan luasnya tidak dibatasi karena menggunakan lahan adat, nanti disesuaikan dengan kebutuhan,” tandasnya.

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.