Gelar G20 di Bali 2022, RI Bidik Keuntungan Rp 7,4 T
ihgma.com, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan pelaksanaan G20 di Bali pada 2022 akan mendongkrak Produk Domestik Bruto (PDB) hingga Rp 7,4 triliun.
“Secara keseluruhan PDB kita bisa terdongkrak Rp 7,4 triliun, yang melibatkan langsung UMKM, dan dengan seluruh kegiatan bisa mencapai 33.000 tenaga kerja,” ujarnya, Jumat (19/11/2021).
Melansir CNBC Indonesia, proyeksi penambahan PDB hingga Rp 7,4 triliun tersebut kata Airlangga, lebih besar dua kali lipat dari penyelenggaraan annual meeting International Monetary Fund (IMF) dan World Bank (WB) saat Indonesia menjadi tuan rumah pada 2018.
“Terutama sektor pariwisata, makanan dan minuman, dan yang paling penting branding Indonesia di dunia Internasional. Sehingga bisa mendorong confidence dari negara-negara lain terhadap Indonesia menjadi central stage di dunia,” jelas Airlangga.
Airlangga menjelaskan, forum Presidensi G20 2022 ini akan menjawab tantangan-tantangan yang terjadi dalam masa periode ini, terutama di sektor kesehatan.
Indonesia sebagai negara yang saat ini dianggap mampu meredam penularan kasus aktif Covid-19, juga harus siap terhadap adanya melonjaknya kasus harian, seperti yang sudah banyak terjadi di negara-negara kawasan Eropa.
“Yang penting, apa respons yang bisa diberikan G20 terhadap pandemi Covid-19 atau pandemi-pandemi lain di masa mendatang,” ungkapnya.
G20 akan menjadi forum internasional yang berperan penting dalam menyusun standar, prinsip, dan panduan kebijakan untuk menghadapi berbagai tantangan ekonomi di dunia.
G20 sendiri merupakan forum yang merepresentasikan 80% ekonomi dunia (GDP), 75% volume perdagangan internasional, dan 60% dari populasi dunia.
Fokus Utama RI: Pemulihan Ekonomi Dunia yang Tidak Merata
Sebagai tuan rumah Presidensi G20 tahun 2022, Indonesia akan mengangkat tema ‘Recover Together, Recover Stronger’. Indonesia akan mengangkat isu pemulihan ekonomi yang tidak merata di dunia sebagai salah satu topik utama.
Diharapkan di saat pandemi berlanjut, forum internasional G20, kata Airlangga ini bisa berkontribusi, terutama saat terjadi ketidakseimbangan antara negara maju dan negara berkembang, terkait ketersediaan akses terhadap vaksin.
“Ke depan ada obat-obatan yang ditemukan untuk penanganan pandemi Covid-19, sehingga ini tentu menjadi tantangan yang pertama dan utama,” tuturnya.
Tantangan berikutnya, yang akan disoroti oleh Indonesia sebagai negara pemimpin G20 tahun 2022, kata Airlangga yakni distrupsi digitalisasi.
Seperti diketahui, selama pandemi Covid-19, digitalisasi menjadi sebuah keniscayaan. Di masa pandemi, bisa dikatakan ekonomi digital menjadi sektor yang mendorong perekonomian di sebagian besar negara saat ini.
Di Indonesia sendiri, pengembangan infrastruktur digitalisasi harus dilakukan, terutama di daerah-daerah terpencil. Agar tidak ada lagi gap antara mereka yang mampu dan tidak mampu.
“Sebagai G20, perlu untuk membuat akselerasi dari digitalisasi, tapi tidak membuat kesenjangan itu melebar. Itu digitalisasi yang sifatnya inklusif itu yang perlu dijalankan ke depan,” jelasnya.
Topik lain yang juga akan dibahas dalam pertemuan internasional G20 ini adalah tentang kelestarian lingkungan. Bagiamna terkait kesiapan masing-masing negara untuk merambah ke green dan blue economy.
Sehingga, kuncinya, kata Airlangga adalah transisi energi yang berbasis karbon kepada berbasis renewable energy, yang diharapkan bisa beralih secara smooth atau berlangsung secara mulus.
Apalagi masing-masing negara memiliki target yang berbeda dalam menuju net zero emission (NZE).
“Satu kelompok negara maju minta 2050, beberapa negara termasuk Indonesia di 2060, dan India di 2070,” tuturnya.
“Ini pentingnya funding ini, karena kita harus menyiapkan berbagai alternatif energi dan terkait dengan kegiatan-kegiatan yang menurunkan karbon membutuhkan akses teknologi,” jelas Airlangga.