Digembok Bursa, Emiten Pemilik Hotel Ini Cerita Imbas PPKM dan Rencana Jual Aset
ihgma.com, Jakarta – PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), perusahaan pemilik resor dan hotel, memberi penjelasan usai menerima perdagangan sahamnya disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia atau BEI. Perusahaan menceritakan kondisi hunian di hotel grup mereka sekitar 13 persen di 2020 dan 11 persen sampai November 2021.
“Kondisi cash flow perusahaan masih mengalami kesulitan,” kata Sekretaris Perusahaan Bukit Uluwatu Villa Benita Sofia dalam Keterbukaan Informasi BEI pada Jumat, 3 Desember 2021.
Menurut dia, kondisi ini terjadi seiring dengan masih berlakunya berbagai pembatasan perjalanan bagi wisatawan asing masuk ke Indonesia. Terlebih, pemerintah juga menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM level 3 di akhir tahun ini sampai awal tahun depan.
Walhasil, perusahaan pun diketahui belum menyampaikan laporan keuangan auditan per 31 Desember 2020. Seketika kondisi keuangan membaik dan pulih, kami akan menugaskan kantor akuntan melakukan audit terhadap laporan keuangan 2020,” kata Benita.
Sebelumnya, Bukit Uluwatu Villa masih ada 12 perusahaan yang kena gembok atau suspensi dari bursa karena belum membayar biaya pencatatan tahunan atau annual listing fee (ALF) hingga 15 Juli 2021. Lalu dalam penjelasannya, perusahaan pemilik Hotel seperti dilansir Tempo.
Alila SCBD, Jakarta, dan berbagai resor di Bali ini menyatakan akan membayar biaya tersebut segera setelah kondisi arus kas perusahaan mengalami perbaikan.
“Pada saat ini, semua hasil usaha kami konsentrasikan untuk pemenuhan modal kerja hotel-hotel agar tetap bisa beroperasi dalam kondisi yang sangat minim sekarang,” kata Benita.
Selain itu, Benita juga menjelaskan bahwa perusahaan sedang berupaya untuk mencari investor untuk masuk ke perusahaan mereka. Selain itu, mereka juga berencana menjual aset perusahaan yang akan digunakan untuk mengurangi kewajiban kepada pihak ketiga dan modal kerja.
Tapi sejauh ini, belum ada rencana perusahaan untuk delisting atau keluar dari bursa secara sukarela. Menurut Benita, perusahaan berusaha keras menyelesaikan kewajiban kepada bursa sehingga perdagangan saham dibuka dan kinerja mampu tumbuh kembali.