Desa Wisata Jadi Program Unggulan Pariwisata Bali Wujudkan Quality Tourism
ihgma.com – Temu responden merupakan kegiatan tahunan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali yang didedikasikan untuk memberikan apresiasi kepada seluruh survei dan responden BI yang digelar di BNDCC, Nusa Dua Bali pada Selasa, 7 November 2023.
Tema yang diambil yakni “Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Bali Melalui Quality Tourism untuk Bali yang Hijau, Tangguh, dan Sejahtera” dimana kali ini Temu Responden 2023 bertujuan untuk mengembangkan desa wisata sejalan dengan konsep quality tourism yang menjadi arahan transformasi ekonomi Bali.
Sepanjang tahun 2023, BI Bali telah melaksanakan 11 survei rutin dan 6 survei strategis untuk memonitor perkembangan perekonomian Bali.
Berbicara kondisi ekonomi Bali, tidak terlepas dari sektor pariwisata yang menjadi sektor utama dan memberikan andil sebesar 54,64 persen.
Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali, R. Erwin Soeriadimadja mengatakan 5,25 juta wisatawan mancanegara berlibur ke Bali pasca Covid 19.
“Wisman yang paling banyak mengunjungi Bali berasal dari Australia sebesar 973.961 jiwa, India sebesar 324.448 jiwa, dan Tiongkok sebesar 204.389 jiwa hingga September 2023. Kita tetap harus melakukan inovasi untuk meningkatkan kualitas perekonomian Bali dengan menggabungkan keunggulan sumber daya lokal yang meliputi alam, manusia, dan kebudayaan Bali,” ujar R.Erwin seperti dikutip dari Tempo.
Adapun sektor unggulan ekonomi Kerthi Bali diantaranya berasal dari sektor pertanian sebesar 9,39 persen, sektor kelautan dan perikanan sebesar 4,74 persen, sektor industri sebesar 6,59 persen, sektor IKM & UMKM sebesar 9,20 persen, sektor ekonomi kreatif dan digital sebesar 7,93 persen, dan sektor pariwisata sebesar 54,64 persen.
“Konsep pariwisata yang dulunya Mass Tourism kini bergeser menjadi Quality Tourism. Pentingnya terletak pada dampak positif dalam jangka waktu yang panjang sehingga lebih berkelanjutan. Prinsip-prinsip dari Quality Tourism tidak hanya memikirkan dampak ekonomi, tetapi berfokus pada pariwisata yang berdaya saing dan memberikan pengalaman unik ketika pengunjung berwisata ke Bali,” tambah R.Erwin Soeriadimadja.
R.Erwin menambahkan kunci dari pengembangan pariwisata yang berkualitas didasarkan pada kolaborasi Hexahelix dimana pelaku usaha, pemerintah, akademisi, masyarakat, media dan wisatawan saling bersinergi membangun kualitas pariwisata yang unggul dengan saling bertukar gagasan.
Melalui desa wisata, pariwisata yang berkelanjutan akan mudah dibangun dengan menggabungkan antara pelestarian lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi.
Di Bali sendiri, terdapat 1 desa yang mengembangkan pariwisata yang berkualitas yaitu Desa Wisata Penglipuran. Bali juga memiliki desa wisata lainnya yang berpotensi untuk dikembangkan, yaitu Desa Wisata Taro.
“4 desa wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Bali yaitu desa taro, desa tampaksiring di Gianyar, desa Sudaji, dan desa Pemuteran di Buleleng. Desa-desa ini memiliki nilai heritage yang bersejarah karena menggabungkan alam dan kebudayaan yang kental,” terang R.Erwin Soeriadimadja.
Mantan Gubernur Bali, Wayan Koster yang juga hadir dalam Temu Responden 2023 mengatakan wacana perubahan istilah desa wisata menjadi desa budaya atau desa berbasis pengembangan budaya.
Menurut Koster perubahan istilah tersebut untuk mengubah paradigma masyarakat Bali tentang korelasi budaya dan pariwisata. Jika desa wisata maka paradigma pengembannya adalah bagaimana mendatangkan wisatawan sebanyak–banyaknya agar mendapat keuntungan.
“Bali kekuatannya adalah budaya, maka saya ingin kedepan desa wisata ini diubah menjadi desa budaya. kalau desa wisata yang terjadi pragmatisme. Kalau desa budaya jika dijaga budayanya dan dikembangkan maka otomatis akan menjadi desa wisata,” kata Koster.