Bersiap! Pariwisata Berkelanjutan Jadi Game-Changer Ekonomi RI di 2026
ihgma.com, Jakarta – Arah pembangunan pariwisata Indonesia memasuki babak baru yang menekankan keseimbangan antara keberlanjutan lingkungan, pemberdayaan masyarakat, dan pertumbuhan ekonomi.
Hal tersebut mengemuka dalam gelaran Indonesia Tourism Outlook (ITO) 2026 yang diselenggarakan Forum Wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Forwaparekraf) di Artotel Harmoni, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dengan tema “Navigasi Menuju Pariwisata yang Lestari, Berdaya, dan Menguntungkan”, forum tahunan ini mempertemukan pemerintah, pelaku industri, investor, akademisi, dan media untuk mendiskusikan strategi pengembangan sektor pariwisata di tengah perubahan global dan meningkatnya kebutuhan wisata berkelanjutan.
Deputi Bidang Industri dan Investasi Pariwisata Kementerian Pariwisata, Rizki Handayani, menyampaikan bahwa pemerintah menargetkan investasi pariwisata sebesar Rp350 triliun hingga 2029, dengan fokus lebih dari separuhnya pada 10 Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP).

“Investasi tidak lagi sekadar membangun infrastruktur, tetapi menciptakan nilai tambah yang berkelanjutan melalui peningkatan kualitas manusia dan pelestarian lingkungan,” ujar Rizki seperti dikutip dari berita Industry.
Menurutnya, keberhasilan investasi pariwisata di daerah akan ditentukan kemampuan pelaku usaha dan pemerintah daerah mengintegrasikan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Komitmen keberlanjutan juga hadir dari pelaku industri perhotelan. Eduard Rudolf Pangkerego, COO Artotel Group menegaskan bahwa pelaporan tata kelola berkelanjutan kini menjadi kebutuhan nyata.
“Kami meluncurkan program The Art of Goodness sebagai bentuk komitmen ESG. Selain profit, bisnis harus memberi dampak bagi masyarakat dan planet,” katanya.
Artotel Group, lanjutnya, terus memperluas praktik green investment serta penerapan prinsip blue economy di berbagai portofolio bisnisnya.
Sementara itu, Yudhistira Setiawan, SVP Corporate Secretary InJourney menyoroti pentingnya positioning destinasi agar Indonesia mampu bersaing dengan Thailand dan Malaysia.
“Indonesia punya aset pariwisata terbesar di Asia Tenggara, tetapi kunjungan wisatawan masih tertinggal. Lima DPSP menjadi prioritas: Borobudur, Danau Toba, Labuan Bajo, Mandalika, dan Likupang,” ujar Yudhistira.
Saat ini, InJourney mengembangkan lima pilar: atraksi, konektivitas, infrastruktur dan amenitas, pariwisata berkelanjutan, serta people and hospitality.
Tren wisata Asia Pasifik menunjukkan perubahan menuju wisata berbasis alam, budaya autentik, wellness tourism, dan kuliner. Hal tersebut disampaikan Vivin Harsanto, Executive Director JLL Indonesia, berdasarkan survei terhadap 1.000 responden Gen Z dan milenial.
“Generasi muda mencari pengalaman bermakna dan dekat dengan komunitas lokal. Namun akses, infrastruktur, dan akomodasi tetap menjadi tantangan utama,” katanya.
Ketua Forwaparekraf menyampaikan bahwa ITO menjadi ruang kolaborasi lintas sektor untuk mewujudkan ekosistem pariwisata yang inklusif dan tangguh. Acara ITO 2026 turut didukung Kementerian Pariwisata, Artotel Group, Indofood, Kokola, Tekko, dan InJourney Hospitality.