Baru 106 Hotel Berbintang Tersertifikasi, Kesiapsiagaan Hadapi Bencana di Bali

0

ihgma.com – Pemerintah Provinsi Bali menyerahkan Sertifikat Kesiapsiagaan Bencana pada 19 hotel di Bali, Jumat (27/9). Dari 19 hotel tersebut, 7 hotel mendapatkan sertifikat, sementara 12 hotel menjalani resertifikasi.

Hingga saat ini, dari total 498 hotel berbintang yang ada, baru 106 hotel berbintang di Bali telah tersertifikasi sebagai hotel yang siap menghadapi bencana.

Penyerahan sertifikat dalam upaya memperkuat kesiapsiagaan sektor pariwisata menghadapi potensi bencana, seperti gempa bumi dan tsunami.

Sekretaris Daerah Provinsi Bali, Dewa Made Indra, menegaskan pentingnya kesiapsiagaan bencana yang tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga pelaku industri pariwisata.

“Kita telah mengetahui bahwa daerah kita ini memiliki potensi bencana, baik bencana geologi seperti gempa bumi maupun tsunami. Oleh karena itu, kesiapsiagaan menghadapi bencana bukan hanya urusan pemerintah atau BPBD, melainkan tanggung jawab kita bersama, terutama industri pariwisata yang sebagian besar akomodasinya berada di wilayah pesisir yang berpotensi terkena tsunami,” kata Dewa Indra seperti dikutip Tribun Bali.

Ia mengatakan, kesiapsiagaan tidak hanya mencakup pengetahuan tentang potensi bencana, tetapi juga langkah-langkah fisik yang diperlukan, seperti membangun struktur bangunan yang tahan gempa dan menyediakan jalur serta tempat evakuasi yang aman.

“Kita harus paham karakteristik bencana, misalnya gempa yang terjadi di dasar laut dengan magnitudo di atas 7 skala Richter bisa berpotensi tsunami. Maka, kesiapsiagaan tidak hanya pengetahuan, tetapi juga kesiapan fisik seperti bangunan hotel yang kokoh dan menyediakan tempat evakuasi vertikal,” imbuhnya.

Selain itu, Dewa Indra juga menyoroti pentingnya memperbaiki jalur evakuasi di hotel-hotel yang belum memenuhi standar, baik dari segi jumlah maupun pewarnaan rambu evakuasi sesuai aturan terbaru.

“Beberapa hotel telah berkomitmen untuk melengkapi jalur evakuasi dan menambah jumlah personel keamanan dalam waktu satu hingga satu setengah tahun ke depan. Ini penting agar keamanan tamu hotel, termasuk wisatawan, bisa lebih terjamin ketika terjadi bencana,” tambahnya.

Bali sebagai destinasi pariwisata internasional, memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap bencana alam. Dengan sertifikasi kesiapsiagaan bencana yang diberikan kepada 106 hotel ini, diharapkan sektor pariwisata Bali lebih siap dan sigap dalam menghadapi potensi bencana di masa mendatang.

Seperti diketahui, belakangan ini gempa kerap terjadi di Bali. Terakhir gempa dengan Magnitudo 4,8 terjadi, Sabtu (21/9) pukul 07.26 Wita berpusat 3 kilometer Barat Daya Gianyar, Bali. Sebagai destinasi wisata internasional, Bali memiliki tantangan tersendiri dalam hal mitigasi bencana, terutama bagi sektor pariwisata.

Dengan mayoritas hotel dan fasilitas wisata yang berada di kawasan pesisir, risiko bencana seperti gempa bumi dan tsunami menjadi ancaman nyata yang harus dihadapi. Dalam upaya memperkuat kesiapsiagaan bencana, Sekda Dewa Made Indra, menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah dan pelaku industri pariwisata dalam membangun sistem kesiapsiagaan yang tangguh.

Berikut rangkuman tips yang disampaikan Sekda Dewa Indra, yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali dalam memitigasi kesiapsiagaan bencana.

Diantaranya pahami potensi bencana di sekitar lokasi Bali merupakan daerah yang rawan bencana geologi, seperti gempa bumi dan tsunami, terutama karena banyak hotel yang berada di kawasan pesisir. “Karena kita tahu bahwa akomodasi pariwisata kita sebagian besar itu ada di pinggir pantai yang secara teoritis itu merupakan daerah potensial yang terdampak oleh tsunami,” kata Dewa Indra.

karakteristiknya supaya respon kita tidak salah. Misalnya kalau ada getaran kecil dan BMKG menyatakan pusat gempa di darat, kita cukup menghindar dari dalam ruangan saja, tidak perlu menjauh dari pantai,” imbuhnya.

Pastikan Kesiapsiagaan Fisik Infrastruktur bangunan di kawasan rawan bencana harus dirancang untuk menahan gempa dan risiko lainnya. “Kalau kita tahu daerah kita berpotensi gempa, maka ketika membangun hotel, kita harus buat sedemikian rupa supaya struktur bangunan itu memiliki kemampuan untuk menghadapi bencana,” imbuhnya.

Siapkan Jalur dan Peralatan Evakuasi Jalur evakuasi harus jelas dan peralatan seperti sirine tsunami perlu tersedia dan diuji secara berkala. “Teman-teman industri pariwisata yang sebagian besar akomodasinya ada di pinggir pantai harus memiliki kesiapsiagaan yang baik, termasuk peralatan evakuasi, ketersediaan logistik, dan tempat evakuasi yang jelas,” katanya.

Edukasi dan Latihan Rutin Pengetahuan dan simulasi rutin sangat diperlukan untuk meningkatkan kesiapsiagaan. “Setiap tanggal 26 kita lakukan simulasi. Kemudian sirine tsunami pun kita uji coba setiap tanggal 26 juga. Jadi nanti masyarakat di pinggir pantai akan terbiasa,” katanya.

Edukasi dan Latihan Rutin Pengetahuan dan simulasi rutin sangat diperlukan untuk meningkatkan kesiapsiagaan. “Setiap tanggal 26 kita lakukan simulasi. Kemudian sirine tsunami pun kita uji coba setiap tanggal 26 juga. Jadi nanti masyarakat di pinggir pantai akan terbiasa,” katanya. (sar)

Adapun tujuh hotel yang baru saja mendapat sertifikasi siap siaga bencana yaitu Anantara Uluwatu Bali Resort Hotel, Hotel Sanur Resort Watu Jimbar, Hotel Ibis Style Bali Legian, The Edge Bali Uluwatu, Hotel Plagoo Holiday, Ibis Style Denpasar, Hotel Ibis Bali Kuta, dan Grand Mercure Seminyak.

Rentin mengatakan Pemprov Bali mendorong agar seluruh akomodasi pariwisata memperhatikan kesiapsiagaan bencana, khususnya hotel berbintang. “Itu karena sering menjadi tempat kegiatan bertaraf internasional, termasuk rakor-rakor nasional dilaksanakan di Bali bertempat di hotel-hotel tersebut, kami fokus ke hotel ini,” ujarnya.

Meskipun tujuh hotel tambahan tersebut telah tersertifikasi, BPBD Bali memberi sejumlah catatan seperti pemasangan rambu jalur evakuasi yang kurang, pewarnaan rambu, serta jumlah personel pengamanan.

“Secara akses pandangan wisatawan terhadap rambu belum cukup lengkap, dan dari sisi pewarnaan karena ada peraturan Kepala BNPB yang terbaru, dulu berwarna hijau sekarang diharapkan berwarna biru salah satunya. Kedua, dari sisi jumlah personel pengamanan harus ada perbandingan ideal antara kapasitas hotel dengan jumlah personel dari sisi pengamanan,” ujarnya.

Terdapat tiga hotel yang mendapat catatan, namun pihak hotel telah membuat surat pernyataan dalam waktu maksimal 1,5 tahun melengkapi personel agar ideal dengan kapasitas akomodasi.

Sekretaris Daerah (Sekda) Bali Dewa Made Indra menambahkan bahwa kesiapsiagaan bencana tidak hanya tanggung jawab pemerintah maupun aparat, namun semua orang.

Apalagi, kata dia, Bali memiliki potensi kebencanaan dan salah satu sektor penopang ekonominya adalah pariwisata, sehingga ketika terjadi bencana yang memberi dampak ke wisatawan akan mengganggu pariwisata itu sendiri.

“Teman-teman industri pariwisata yang sebagian besar akomodasinya ada di pinggir pantai harus memiliki kesiapsiagaan yang baik, karena dengan kesiapsiagaan yang baik seperti pengetahuannya baik, struktur fisiknya baik, peralatan-peralatan evakuasinya baik, kemudian logistiknya untuk menghadapi bencana cukup, maka risiko dari bencana gempa dan tsunami bisa kita perkecil,” kata dia.

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.