Wellness Tourism di Bali, Pentingnya Therapist Spa Paham Ethnowellness Nusantara
ihgma.com, Bali – Bali menjadi tujuan dari Wellness Tourism di Indonesia. Ethnowellness Nusantara yang diusung menurutnya, Indonesia Wellness Spa Professional Association (IWSPA) sukses melahirkan sebanyak 17 therapist spa di Bali dengan menghadirkan teknik spa berkearifan lokal daerah.
Dra. Yulia Himawati selaku Ketua IWSPA mengatakan Ethnowellness Nusantara ini diartikan sebagai kumpulan budaya kesehatan Indonesia, baik tradisi rakyat maupun keraton yang didasari oleh filosofi masing-masing local wisdom, dan mempunyai bukti empiris bahkan klinis.
“Ethnowellness Nusantara ini dapat dijabarkan sebagai langkah yang terintegrasi dan berkelanjutan dari berbagai pemangku kepentingan di bidang “Wellness” di Indonesia yang akan mengangkat warisan leluhur dari berbagai ethnik yang ada di Indonesia,” ujar Yulia seperti dikutip dari Tribun Bali, Selasa (22/8/2023).
Dalam kesempatan ini pula, Ethnowellness Nusantara (ETNA) & Indonesia Wellness Tourism International Festival (IWTIF) berkerja sama memberikan pelatihan serta penyerahan sertifikat TOT ETNA Bali & Madura Batch 1 yang berlokasi di Dinas Pariwisata Bali, Selasa (22/8/2023).

TRIBUN-BALI.COM / Arini Valentya Chusni
Secara singkat, keseluruhan program yang dijalankan oleh IWSPA memberikan pengetahuan dan kemampuan yang menyeluruh bagi therapist dengan tujuan membangkitkan Wellness Tourism di Bali, memperkenalkan, mengembangkan, serta menjadikan Ethnowellness Nusantara sebagai produk unggulan bangsa yang mendunia, dan menjadikan Bali sebagai Lokomotif untuk mengangkat dan menjadikan Ethnowellness Nusantara sebagai warisan leluhur bangsa Indonesia untuk Dunia.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Tjok Bagus Pemayun mengapresiasi kesungguhan IWSPA dalam membentuk therapist yang handal di Bali, mengingat Bali menjadi salah satu pusat pariwisata dunia dimana wisatawan juga tidak luput dari Wellness Tourism.
“Industri spa di pariwisata Bali sangat luar biasa. Wisatawan ingin kebugaran dengan cara Ethnowellness, dengan cara mencari Wellness Tourism yang membedakannya dengan spa pada umumnya. Wellness Spa menggunakan bahan berbahan dasar lokal, teknik spa yang mendaerah, oil atau minyak yang digunakan juga berbeda. Misal, Balinese masaage, minyak yang digunakan dengan standart wellness spa juga berbeda,” tambah Tjok Pemayun.
Langkah-langkah yang diambil dengan melakukan training dan certfication secara masif sehingga therapist di Bali sebagai Pilot Project mendapatkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, serta kecintaan pada Ethnowellness Nusantara.
Sertifikasi dan Re-Sertifikasi ini akan mendukung para therapist dan lembaga usaha yang ada untuk dapat kembali bekerja dan beroperasi sesuai dengan standar yang dibutuhkan, serta memampukan keseluruhan Wellness Tourism yang ada di Indonesia untuk bangkit lebih cepat, bangkit lebih kuat.
Salah seorang therapist yang telah mengikuti training wellness spa yaitu Diah Ayu Wulandari.
“Saya sangat berterimakasih atas kesempatan yang diberikan IWSPA, sehingga saya sebagai therapist tidak hanya memberikan pelayanan spa yang berkualitas, tetapo saya juga tahu filosofi dan makna spa yang saya jalani. Saya jadi tahu bagaimana makna balinese massage yang sesungguhnya, bagaimana teknik yang diterapkan, apa saja langkah-langkahnya, semoga ini bisa saya terapkan kepada rekan sejawat therapist lainnya,” kata Diah Ayu.
Dr. Drs. Jajang gunawijaya, MA selaku Ketua Indonesia Wellness Master Association (IWMA) sekaligus ketua panitia Indonesia Wellness Tourism International Festival (IWTIF) menambahkan keterampilan wellness sangat dibutuhkan bagi therapist agar Indonesia khususnya Bali bisa dilihat sebagai salah satu destinasi yang unggul untuk Wellness Tourism.