Imbas Perang Israel Palestina, Penerbangan Lebih Lama dan Makin Mahal

0

ihgma.com, Jakarta – Timur Tengah sudah lama menjadi jalur persimpangan bagi perjalanan udara. Namun, konflik Palestina-Israel menyebabkan penerbangan memutar dan imbasnya biaya semakin mahal.

Melansir Detik Travel dari Stuff.co.nz, Selasa (14/11/2023), ratusan pesawat dengan rute terbang Amerika Serikat, Eropa, maupun Asia, melewati wilayah ini setiap harinya.

Dengan meningkatnya ketegangan di Palestina, membuat rute-rute tersebut menjadi lebih menantang. Sehingga, penerbangan mesti mengurangi layanan sebagai tindakan pencegahan keselamatan.

Situasi itu dimulai setelah invasi Rusia ke Ukraina yang juga menambah waktu berjam-jam pada banyak perjalanan.

Sebagai gambarab, maskapai penerbangan Israel, El Al, telah berhenti terbang di sebagian besar semenanjung Arab, dengan alasan masalah keamanan. Hal ini membuat penerbangan mereka ke Bangkok harus tertunda beberapa jam, menunda layanan ke India, dan membatalkan rute musiman ke Tokyo.

Sebagian besar maskapai penerbangan lainnya berhenti terbang ke Tel Aviv setelah pecahnya permusuhan. Deutsche Lufthansa AG juga berhenti terbang ke Beirut untuk saat ini. Sementara Air France-KLM mengatakan mereka mengalami sedikit penurunan permintaan untuk perjalanan ke wilayah tersebut.

Selain itu, perang juga menimbulkan potensi masalah kepada maskapai yang terbang di atas wilayah-wilayah yang sedang bertikai.

Di sisi lain, ForwardKeys, sebuah perusahaan analisis perjalanan, menjelaskan permintaan perjalanan internasional telah turun sebesar 5 poin persentase sejak bentrok pada 7 Oktober.

Sebelumnya, konflik lokal di Timur Tengah telah lama menjadikan Yaman, Suriah dan Sudan sebagai zona larangan terbang bagi sebagian besar maskapai. Operator AS dan Inggris menghindari wilayah udara Iran, mendorong lalu lintas jarak jauh ke arah barat, di atas Irak.

Menurut perusahaan analisis penerbangan Cirium, jika penutupan wilayah udara melebar di Timur Tengah, sekitar 300 penerbangan harian antara Eropa, Asia Selatan, dan Asia Tenggara diprediksi terganggu.

Namun, maskapai sebenarnya punya alternatif lain. Tetapi itu tidak murah dan tidak sepenuhnya tanpa risiko. Maskapai bisa terbang menuju selatan melalui Mesir atau ke utara, di atas wilayah konflik baru seperti Armenia dan Azerbaijan, dan kemudian di atas Afganistan.

“Penutupan wilayah udara sebesar ini akan sangat menantang bagi tim perencanaan operasi maskapai penerbangan dan manajemen pendapatan,” kata Wakil Presiden Senior Peramalan & Pemodelan di perusahaan penasihat MBA Aviation, Anne Agnew Correa.

Maskapai di Uni Eropa, Inggris, Amerika Serikat, dan Kanada telah mengambil jalan memutar yang mahal di sekitar wilayah udara Rusia yang dilarang untuk penerbangan ke Asia.

Berdasarkan estimasi Administrasi Penerbangan Federal, setiap jam penerbangan tambahan menambahkan 7227 USD (Rp 113,4 juta-an) pada biaya variabel perjalanan pesawat berbadan lebar pada 2021.

Biaya seperti bahan bakar dan tenaga kerja terus meningkat sejak saat itu, kata John Gradek, seorang ahli operasi penerbangan dan dosen di McGill University di Montreal.

Leave A Reply

Your email address will not be published.